Benarkah Gerakan Mahasiswa Ketinggalan Zaman?

 



Sumber: Kolektifa. 











    

    Indonesia sekarang ini merupakan negara dengan momok baru dan mencekam. Berbagai permasalahan politik seperti pelanggaran HAM, ketidakadilan kebijakan baru, dan berbagai wacana politik serta aksi propaganda yang terus menggerus publik. Isu yang sedang hangatnya diperbincangkan rakyat ialah wacana 3 priode presiden RI. Hal ini menimbulkan banyak tuaian kritik mulai dari pengamat politik, mahasiswa dan berbagai kalangan masyarakat.

        Dikutip dari tempo.co,  partai Demokrat kini mengkritik gerakan para kepala desa yang mendukung wacana 3 priode jabatan presiden. selain itu, dugaan-dugaan para kritisi yang mengklaim bahwa akan ada keikutsertaan kaum oligarki di dalam wacana ini. Namun, presiden RI telah menegaskan bahwa tidak ada wacana tentang penambahan masa jabatan presiden apalagi perpanjangan masa jabatan. Pemilihan presiden (pilpres) tetap akan dilaksanakan pada 14 Februari 2024.

    Wacana presiden 3 periode ini merupakan isu yang mengundang aksi para mahasiswa untuk melakukan demonstrasi di sejumlah kota. terlebih, fakta lapangan terlihat bahwa indonesia sedang mengalami krisis yang masih menjadi tanda tanya masyarakat akibat sebab yang kurang jelas.

    Para mahasiswa menilai bahwa dirinya sebagai penyambung lidah rakyat sehingga menimbulkan sudut pandang lain dalam demokrasi. Sudut pandang tersebut melahirkan pikiran bahwa hanya mahasiswa yang boleh menggelar aksi turun kejalan. hal ini memunculkan kontroversi karena dianggap tidak memenuhi syarat demokrasi. Contoh kasusnya ialah hanya mahasiswa yang memakai almamater saja yang boleh mengikuti aksi, para peserta yang tidak memiliki almamater dianggap penyusup dan dilarang untuk turun kejalan guna menyampaikan aspirasinya. Padahal, demonstrasi bertujuan untuk menyampaikan aspirasi masyarakat termasuk para buruh dan masyarakat dari berbagai kalangan.

    Selain itu, terjadinya politik identitas antar mahasiswa banyak dijumpai dalam aksi lapangan. Mahasiswa lebih memilih untuk merusak dan menyerang dibanding untuk tertib, damai serta berunding dalam mencapai tujuan pokok aksi. Politik identitas diartikan sebagai strategi atau upaya seseorang untuk membentuk suatu identitasnya di tengah keramaian demonsrasi misalnya, kampus A yang merasa lebih hebat dari semua kampus. Atau contoh lain , A merasa bahwa ia lebih banyak mengupayakan berbagai hal daripada semua mahasiswa yang hadir. 

    Terakhir, sangat menjadi pertanyaan besar bagaimana suatu kelompok mewakili suara masyarakat namun tidak memberi kesempatan berbicara terhadap non mahasiswa?

Komentar

Postingan Populer